Jumat, 20 Juli 2018

Bagaimana ini?

Rumah, 20 Juli 2018
Seperti biasa, aku lebih memilih jalan yang agak sepi, namun lebih banyak penghijauan meskipun agak 'jelek' dibanding jalan utama yang lumayan mulus namun selalu ramai. Bukan tidak suka keramaian, hanya saja kondisi jalan yang agak sepi membuatku bisa pulang sambil berpikir panjang dan menikmati perjalanan dengan napas yang cukup lega setelah lumayan sesak sehabis kerja seharian.

Namun, dijalan yang biasa kulewati ada pemandangan yang berbeda. Dimana biasa ku lihat dua orang anak, yang satu laki-laki dan yang satu perempuan (lebih tua beberapa tahun dibanding adiknya, pikirku). Setiap aku lewat jalan tersebut, aku selalu melihat wajah-wajah murung dengan karung dan pakaian yang cukup memprihatinkan. Terbersit dalam benakku, dimana kedua orang tua mereka? Bagaimana bisa membiarkan anak-anaknya seperti ini? Bagaimana bisa ada dilingkungan seperti ini? Anak yang seharunya berada dibangku belajar dan dalam pengawasan orang tuanya, bagaimana bisa terlantar begini.
Kali ini yang menarik dan membuat hatiku terasa perih, dua anak itu tengah duduk layaknya mohon maaf 'pengemis' liat sana-sini dengan karung didepannya. Sedang dua anak perempuan dengan penampilan bersih dan gaya berada di samping mereka tengah berdiri dan memakan eskrim entah susu.
Hatiku ngilu, apa dunia sekejam ini?
Apa mereka tidak lebih baik berjualan saja? Apa sungguh ini pilihan terakhir? Pikirku. Disisi lain pikirku menjawab, modal dari mana? siapa yang akan mempercayai mereka untuk menjualkan barang orang lain? Apalagi dengan 'penampilan seperti tadi'.
Aku merasa selama ini kurang bersyukur terhadap apa yang kumiliki, apalah arti beban hidupku dibanding beban hidup mereka. Sekecil itu dan diusia itu mereka harus menanggung beban hidup, terlebih pandangan sekitarnya yang menjadikan mereka terpinggirkan.
Ini masalah, aku masih belum bisa berbuat apa-apa meski hatiku ngilu melihatnya. Bagaimana ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar