Minggu, 31 Desember 2023

Review 2023

Hujan, kopi panas dan suara canda tawa keluarga dari ruang tengah adalah paket lengkap yang sangat kusyukuri untuk menutup beberapa jam terakhir di tahun 2023. Banyak hal yang terjadi di tahun ini, rasanya aku lebih tenang dalam menyikapinya. Entahlah, mungkin karena sudah dewasa (secara angka usia wkwkwk) atau mungkin aku sudah mulai belajar realistis (ga terlalu berekspektasi atau ngoyo misalnya) atau mungkin sudah pasrah juga haha. Meskipun di tahun ini ga ada hal besar yang begitu berarti, tapi aku bersyukur bisa melalui hari demi hariku ditahun ini. Yaa walau realitanya tetep naik turun kayak pergerakan IHSG, pertanda hiduplah yak wkwkwk. Tahun 2023 menjadi tahun yang ngalir aja, rasanya apapun yang terjadi yaudah. Meskipun dalam prosesnya jelas masih ada nangis, bingung, marah dan emosi lainnya. Tapi yaudah aja, pelan-pelan belajar ikhlas atas apa yang terjadi. Walaupun ngalir aja, tapi ga sengebosenin itu juga kok. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dilakuin dari kerja, ngurus tanaman, baca buku, jalan, goes atau maraton nonton one piece dan drakor/film. Seru-seru aja ternyata, ditengah beberapa luka yang masih kurawat pun aku bisa tetep tumbuh. Walau dipertengahan tahun ini sempet masuk RS, seumur-umur pertama kali sakit sampai dirawat di RS. Jangan lagi deh ya. Dari semua yang terjadi, sepertinya mempelajari dan mencintai diri sendiri adalah hal yang harus kulakukan sepanjang hidupku. Sebagai dasar kehidupan seperti apa yang aku butuhkan dan bagaimana memenuhinya, yaitu hidup yang damai. Dan ternyata kedamaian itu dibentuk, bukan dicari. Seperti halnya kebahagiaan, sejauh mana dicari tidak akan ada temu. Karenanya kedamaian dan kebahagiaan yang selama ini aku cari tidak akan pernah kutemukan pada orang lain dan bukan tanggungjawab orang lain bahkan orang tuaku sendiri. 365/365

Jumat, 08 Desember 2023

Tentang Daun Jatuh 🍃

Bahkan seandainya angin minta maaf pun, daun itu masih tetap jatuh. Tapi meski saat aku merasa dalam posisi daun jatuh, nyatanya kita tidak sama seperti angin dan daun jatuh. Bukankah kita diberi akal, sedangkan angin dan daun jatuh tidak berakal. Ya, kita hanya bisa mengambil hikmahnya saja dari mereka. Minta maaf atau pun tidak sang angin, daun tetap jatuh tanpa membencinya. Saat aku merasa sedang dalam posisi daun jatuh, aku jadi mempertanyakan diriku sendiri. Apa aku tidak layak untuk dipertahankan? Kenapa angin yang selama ini mengayun-ayun bersamaku malah pelan-pelan membuatku jatuh? membuatku kering dan hampir membunuhku. Saat kamu minta maafpun, aku masih tetap jatuh. Sebagai yang berakal, kita tidak pernah tau dalamnya hati orang. Tapi kita punya akal untuk mengendalikan diri, meskipun itu tidak mudah. Aku terkadang merasa seperti daun jatuh yang terombang-ambing angin, tapi aku masih belum bisa seikhlas daun jatuh yang tidak kecewa dan tidak marah pada angin. Ternyata karena itulah daun jatuh ke bumi terlihat sangat cantik dan menenangkan, semoga saja aku bisa seikhlas daun jatuh. 🍃