Rabu, 14 September 2022

Damai dan Tenang

Hari ini aku berangkat kerja seperti biasa, meskipun kondisi badan kurang fit tapi tetap harus semangat. Entah apa pemicunya, tiba-tiba aku terpikir apa berbuat baik akan dibalas sama baik juga, jika demikian berarti semua cinta akan terbalaskan alias tidak ada yang bertepuk (bukankah cinta itu baik? wkwk). Tapi kenyataannya tidak semua cinta saling bersahut, tidak semua cinta berbalas, tidak semua cinta yang kita berikan mendapatkan respon yang sama. Bukankah ada pepatah, apa yang kau tanam itulah yang kau petik? Tapi satu biji jagung yang ditanam bisa menghasilkan satu bahkan dua atau tiga bonggol jagung yang tidak jarang juga gagal panen atau hasil tidak sesuai harapan. Itu berarti meskipun satu biji jagung (satu kebaikan) belum tentu menghasilkan satu biji jagung lagi, belum tentu menghasilkan satu, dua atau tiga bonggol jagung, belum tentu juga gagal panen. Pun kebaikan, jika kita berbuat satu kebaikan belum tentu mendapat hasil atau balasan yang sama persis dengan satu kebaikan itu, belum tentu juga mendapat balasan beribu-ribu kebaikan atau bahkan belum tentu atau bisa jadi mendapat perlakuan yang tidak baik atau tidak menyenangkan dari orang atau objek yang sudah kita beri kebaikan (ibarat kata "kacang lupa kulitnya" wkwk) yang tidak jarang berujung kecewa, benci dan respon negatif lainnya. Aku mencoba mengkorelasikan dengan apa yang terjadi dihidupku, ada kecewa, ada benci dan terus bertanya-tanya padahal yang terjadi sudah jelas. Hingga diperjalanan ini, diantara pergulatan batin dan raga yang lelah, aku menyadari bahwa semua kebaikan tidak perlu melihat balasan dari orang atau objek yang kita beri kebaikan. Tapi bagaimana balasan atau respon dari diri sendiri yang merasa damai dan tenang setelah kita berbuat baik, karena kemungkinan tidak ada penyesalan atas apa yang telah terjadi. Meskipun hasilnya tidak sesuai dengan yang diprediksi atau bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Manusiawi merasa sedih atau bahkan kecewa jika kita sudah berjuang atau berbuat baik tapi mendapat hasil sebaliknya, kadang bertanya-tanya dan menyalahkan diri sendiri (ini mah ngomongin diri sendiri wkwk). Bahkan saat sudah meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan diri, ada aja momen yang nyelekit mengingat apa yang sudah bahkan sedang terjadi. Yah namanya juga perasaan apalagi ada pemicunya tapi ingat tidak semua perasaan yang dirasa adalah kenyataan yang terjadi, itulah pentingnya punya kemampuan ngontrol diri sehingga tidak salah kaprah dan tidak melulu terbawa perasaan. Coba deh pelan-pelan biasain kontrol diri, mulai dari hal kecil aja. Okay diriku, cintaku, sayangku wkwk bisa karena terbiasa yah puk puk puk (peluk diri sendiri haha)