Jumat, 20 Desember 2024

Tunas

Janji manis yang memahit itu perlahan hambar

Rindu dibalik kecewa itu perlahan hilang

Keras hati itu berujung pilu

Berjeda hingga retak dan berjarak 


Layakkah disesali?

Jika jeda itu memberi ruang dan waktu

Menumbuhkan tunas-tunas baru

Menari bersama angin


Luka itu masih disana

Bersama masa yang telah usang

Mari sudahi disini

Bersama masa depan yang terang


Rabu, 04 Desember 2024

Stasiun

Aku masih di stasiun yang sama

Entah berapa lama lagi aku disini

Entah apa yang kutunggu

Hingga maju tak bisa, mundur tak mau


Sudah terlalu jauh untuk kembali

Sudah tidak ada tujuan untuk maju

Sudah terlalu lama di stasiun ini

Aku harus bagaimana?


Aku melewatkan beberapa kereta

Aku terlalu takut untuk ambil resiko

Atau mungkin tuhan menyelamatkan kereta itu dariku

Agar bertemu manusia lain yang takkan menyiakannya



Jumat, 29 November 2024

Yang Ternyata

Yang masih tersisa

Perdebatan antara aku dan diriku

Perbedaan antara hati dan pikiranku

Pergolakan antara perasaan dan logikaku

Pergumulan antara jiwa dan ragaku


Yang masih tentang

Kecewaku terhadap pilihanmu

Marahku terhadap sikapmu

Benciku terhadap ingkarmu

Rinduku terhadapmu


Yang ternyata

Kita sudah tak lagi saling sapa

Kita sudah tak lagi saling temu

Kita sudah tak lagi saling tengkar

Kita sudah tak lagi saling ...


.


Kamis, 21 November 2024

Bukan Untuk Kamu!

Bahkan saat kamu tau akan menyesalinya, kamu tetap melakukannya.

Dan konyolnya aku tetap bertahan, tapi kali ini aku memutuskan untuk tidak lagi bertahan dirasa sakit yang terbiasa.

Aku pikir kamu tempat yang aman, sehingga segala yang tak bisa kuceritakan pada orang lain kuceritakan padamu. Nyatanya kamu yang tidak nyaman dengan ceritaku, makanya kamu pergi kan? Hehe


Sabtu, 09 November 2024

Dariku Untuk Diriku

Kenapa aku diperlakukan seperti ini? tanya yang sampai saat ini masih muncul dikepalaku. Memang tidak selalu, ada kalanya kepalaku tenang. Tapi ketika ada pemicu, pertanyaan itu muncul lagi dan parahnya aku bisa lebih overthinking. Awalnya kupikir aku sudah berdamai, tapi jiwa dan ragaku masih bereaksi sebaliknya. 

Beberapa hal tidak melulu berjalan sesuai rencana dan bahkan hal yang tidak disangka terjadi begitu saja, konyolnya aku masih mempertanyakan diri ini karenanya. Ada hal yang bernama takdir, yang sudah jelas tidak bisa kukendalikan. Ada hal yang bernama pilihan, yang berarti pilihan itu adalah keputusan dari kendaliku. Rasanya tidak tepat aku menyalahkan takdir ataupun menyalahkan diri sendiri karena keputusan yang ku ambil berakibat pada beberapa hal yang berharga bagiku keluar dari lingkaran hidupku. Lalu salah siapa? Tidak ada yang salah, hanya saja takdir atau pilihan itu memang belum beruntung (beruntung dalam artian persiapan dan kesempatan yang belum bertemu). 

Pernah hampir gila karena menyaksikan hal yang seharusnya aku tidak tahu, atau mungkin perbuatan itu yang tidak layak terjadi. Pernah mendapat perlakuan yang membuat diri merasa tidak layak, atau mungkin itu petunjuk bahwa yang memberi perlakuan itu memang tidak layak dihiraukan. Atau mungkin aku yang secara tidak sadar mengijinkan hal itu terjadi, sehingga mereka seenaknya dan egois. Tapi apapun kenyataannya, harusnya aku tidak larut dalam rasa sakit itu, tidak memperparah dengan terus memikirkannya, harusnya aku punya batasan.

Mempertanyakan diri adalah hal yang cukup melukai harga diriku, merasa tidak layak, merasa tidak cukup, merasa tidak berarti dan perasaan negatif lainnya yang akhirnya membuatku sibuk dengan pikiran yang tidak perlu. Padahal alangkah lebih baiknya waktu dan pikiran itu aku gunakan untuk hal yang membuatku tumbuh. Tapi mulai sekarang, atau mungkin sudah beberapa waktu terakhir ini aku sudah berkeputusan, aku akan memperlakukan diriku dengan layak, dimulai dengan menyadari bahwa aku layak, aku sembuh, aku sehat, aku tenang, aku bahagia, aku sugih aamiin haha pastinya aku akan memperlakukan diriku dengan lebih baik. Aku akan mencintai diriku sebagaimana aku ingin dicintai, pun aku aku akan menghargai diriku sebagaimana aku ingin dihargai, karena aku layak mendapatkannya, utamanya dariku untuk diriku.



Minggu, 16 Juni 2024

Tiba-tiba Mai

Beres nonton film Vietnam judulnya "Mai" Pas diawal film sempet mikir "seberapapun ujiannya, ketika ada seseorang yang bisa saling memperjuangkan, rasanya apapun bisa dihadapi" Eh plot twist dipertengahan film dibikin nangis sampe sakit kepala, saking sakit hatinya TT wkwkw Pesan yang ditangkep sih, jangan terlalu melekat dengan manusia manapun atau apapun. Bahkan dengan darah yang mengalir ditubuhpun, karena pada akhirnya hanya berjuang dengan diri sendiri. "Lihat? Tidak ada yang mati karena kehilangan seseorang." Ucap Mai pada Sau, nyatanya dunia Mai lebih mendung dari sebelumnya.

Sabtu, 20 April 2024

'Daging Sapi' Tanpa Alasan

 “Terkadang tanpa sadar kita berbuat baik pada seseorang dengan alasan mereka adalah keluarga kita atau kita menyayangi mereka. Tapi, apa kita melakukan itu tanpa mengharapkan imbalan? Seperti perkataan, ‘tidak ada daging sapi tanpa alasan’, niat baik yang berlebihan biasanya disertai dengan pengorbanan. Tentu saja pengorbanan bukanlah hal yang buruk, tapi jika ditambahkan dengan syarat, niat baik itu berubah menjadi pemaksaan.” (Kim Suhyun, 2020: 60) Dilaman ke enam puluh buku yang berjudul Nyaman Tanpa Beban karya Kim Suhyun ini, aku lumayan termenung cukup lama. Kemudian aku terpikir buat nulis sedikit tentang ini, karena merasa ini relate dengan beberpa overthinkingku belakangan ini. 

Aku cukup terguncang atas suatu kejadian yang diluar dugaanku, responku terhadap kejadian itu ada marah dan sedih karena kecewa (singkatnya begitu). Kenapa aku sekecewa itu, dan jawabannya adalah karena aku secara sadar sudah bahkan sedang berbuat baik pada orang yang membuatku kecewa dan secara tidak sadar mengharap imbalan yang baik juga atau minimal tidak mendapat hal mengecewakan dari orang tersebut. 

Aku memiliki niat baik yang berlebihan dan merasa sudah berkorban banyak untuk orang itu, lalu mengapa secara sadar orang tersebut melakukan hal yang jelas itu melukaiku. Beberapa waktu aku menyalahkannya, dan menghukumnya dengan bersikap sangat dingin. Tapi itu tidak kunjung menggugurkan kekecewaanku padanya. Hingga akhirnya, suatu waktu aku tersadar bahwa sikapku yang demikian tidak menyelesaikan masalah dan tidak membuat perasaanku menjadi lebih baik.

Jika kupikir kembali orang itu tidak meminta aku berbuat baik padanya, lalu kenapa aku membebaninya dengan harus berbuat baik juga atau bertindak tidak mengecewakan. Ini jelas keliru, dengan menyalahkan seseorang karena pahala yang tidak kembali dan menganggap orang lain bertanggungjawab atas kebahagiaanku. Bukankah ini berarti pengorbanan tanpa kesepakatan. Padahal seharusnya berbuat baik tanpa syarat sudah cukup, tidak pula berdasarkan utang budi. Sejalan dengan stoicisme, berfokus pada hal yang berada dalam kendali diri. Sisanya sudah bukan urusanmu lagi, bahkan ketika hal itu bukan yang kamu sangka akan menerimanya dari orang yang kamu selalu beri kebaikan terhadapnya atau orang yang kamu sayangi.

Kamis, 29 Februari 2024

29 Februari

Ketik hapus, ketik hapus, bingung mau nulis apa wkwk. Sekarang sedang hujan, rintiknya terdengar sangat merdu dan menenangkan sekali untuk pengantar tidur. Tapi ada beberapa kerjaan yang mesti dikerjain dulu, eh ini malah kutak ketik ga jelas. Jenuh sih, apa kesepian? haha Dua bulan diawal tahun 2024 ini rasanya cepat sekali berlalu, apalagi bulan februari ini rasanya hectic. Pengaruh pemilu ga sih? Ape ngaruhnya sih nis wkwk, eh kan jadi abdi negara (KPPS nih bos haha naon atuh nis). Oh ya sekarang tanggal 29 februari, tanggal yang ga hadir tiap tahun. Hari ini hampir full kerja dikamar, keluar tipis-tipis. Nothing special. Eh sedikit pengalaman baru, beberapa hari yang lalu pulang goes kemaleman saat itu sedang mati lampu mana jalannya nanjak, ujan lagi wkwkwk agak berat, takut tapi seru. Pelan-pelan maju aja karena udah tau tujuannya balik ke rumah, meski gelap diperjalanan bertemu beberapa cahaya dari motor dan mobil yang lewat, bintang dilangit juga nampak indah. Setiap bertemu, rasanya ada harapan baru meskipun ada saat-saat sepi dan gelap lagi, terus sekitar 300 meter lagi menuju rumah alhamdulillah listriknya nyala lagi. Seperti hidup, saat terasa gelap dan berat ternyata sederhana, cukup dijalanin. Kalo udah tau tujuannya mau kemana, jalanin aja, nanti juga ada cahaya lagi kok, ada banyak hal indah lagi kok. Jangan putus asa ya! Udah sih gitu aja.